Pages

31 Juli 2010

Dad

Cerita ini tidak usah dibaca. Saya hanya ingin menumpahkan luapan kejadian yg terjadi kemarin.

Malam hari. Meja makan. Percakapan berlangsung seperti biasa. Waktu itu ada satu hal yg dibahas.

Sudah hampir sejalan, tapi tiba" berubah pikiran. Tidak tau karena apa, ada yg naik darah. Aku dibentak. Dimarahi. Disalahi.

Kaget. Shock ngeliat seseorang yg selama ini aku kagumi dgn kelembutan hatinya, sontak berubah menjadi sosok yg menyeramkan saat itu. Ada apa sebenarnya?

Aku diam. Semua yg ada di meja makan itu diam. Suasana hening. Menit" seterusnya jadi menit"yg menegangkan bagiku. Aku sm skali tidak berani angkat bicara.

Beliau masuk ke kamar. Akupun pergi ke kamarku di atas. Aku masih ketakutan. Masih kebayang muka sangar yg tadi sempat ada. Masih terngiang hentakan keras yg tadi sempat terjadi. Sedihku sempat meledak. Istighfar. Malam itu jadi malam kekalutan sebelum aku bisa tidur.

Keesokan paginya...

1 new message: Ayah

Ananda, Ayah jd sedih, maafin Ayah ya. Ananda gak marah kan? Sebenarnya Ayah sayang dan bangga sama Ananda kok. Ayo semangat menghadapi perubahan dan tantangan. Ayah.

...
......
.........

Ya Allah ya Allah..... anak macam apa hamba ini. Membuat orang tua jadi sedih. Ampuni hamba ya Allah.....

Aku bukannya marah; sama sekali tidak. Aku cuma kaget, takut, dan sempet trauma ngeliat beliau yg ngga kaya biasanya. Itu saja.

I realized it was just a moment of weakness. That doesn't make any sense if you're throwing away your perception all the time.

Dan nyatanya, Ayah memang masih tetap ada dengan segala kelembutan hatinya. Ayah, Ayah, maafin ica juga ya, ica sayang banget sama Ayah............